
Bencana alam, khususnya gempa bumi, merupakan ancaman nyata yang bisa terjadi kapan saja tanpa dapat diprediksi secara pasti. Sudah sepatutnya masyarakat harus tangguh, siap, dan sigap dalam menghadapi risiko tersebut. Salah satu langkah penting yang dilakukan adalah melalui sosialisasi kebencanaan yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sekolah hingga masyarakat umum.
Di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, sosialisasi ini dipimpin oleh DESTANA (Desa Tangguh Bencana) yang merupakan wadah resmi untuk mengedukasi warga. Kali ini, kegiatan difokuskan pada potensi gempa bumi akibat pergerakan Sesar Lembang, mengingat posisi desa yang cukup dekat dengan jalur sesar aktif tersebut.
Daftar Isi
ToggleFokus Sosialisasi: Sekolah sebagai Sasaran Awal
Program sosialisasi kali ini menyasar lembaga pendidikan sebagai langkah awal. Alasannya jelas: sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pembelajaran, serta menjadi titik strategis untuk menanamkan budaya sadar bencana sejak dini.
- TK Bina Bakat Mandiri menjadi tujuan pertama dengan jumlah peserta 58 siswa beserta orang tua. Materi diberikan dengan metode sederhana, penuh ilustrasi, dan simulasi ringan agar anak-anak mudah memahami bagaimana cara melindungi diri ketika gempa terjadi. Misalnya, diajarkan bagaimana berlindung di bawah meja, melindungi kepala, dan mengikuti arahan guru menuju titik kumpul.
- SMP Kahuripan menjadi tujuan berikutnya, dengan jumlah peserta 223 siswa dan 8 guru. Sosialisasi dilaksanakan di Aula Desa Cikahuripan agar bisa menampung seluruh peserta dengan nyaman. Pada jenjang ini, materi yang diberikan lebih detail, mencakup pengenalan peta jalur Sesar Lembang, jalur evakuasi, hingga simulasi tindakan cepat ketika gempa mengguncang.
Dengan menyentuh dunia pendidikan terlebih dahulu, diharapkan pengetahuan kebencanaan bisa menular ke rumah masing-masing siswa, sehingga orang tua dan keluarga juga ikut mendapatkan manfaatnya.
Kehadiran Aparatur Desa

Kegiatan sosialisasi tidak hanya melibatkan siswa dan guru, tetapi juga menghadirkan aparatur desa. Kepala Desa Cikahuripan, Bapak Oman Haryanto, SH, turut hadir memberikan sambutan dan himbauan. Beliau menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman gempa bumi.
Dalam sambutannya, Kepala Desa menegaskan bahwa pengetahuan kebencanaan harus dipraktikkan, bukan hanya sebatas teori. Semua elemen masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, memiliki peran dalam menciptakan lingkungan desa yang tangguh menghadapi bencana. Kehadiran beliau menjadi dorongan moral yang memperkuat semangat para peserta untuk benar-benar menerapkan materi yang telah dipelajari.
Materi Sosialisasi dari DESTANA

Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan dari Ketua DESTANA Desa Cikahuripan, Bapak Dedi Kurnaedi. Dalam paparannya, beliau menjelaskan secara rinci tentang:
- Apa itu Sesar Lembang dan bagaimana potensi gempa bumi bisa terjadi.
- Langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa, seperti melindungi kepala, menjauhi benda berbahaya, dan mencari tempat terbuka.
- Peta jalur evakuasi di wilayah Desa Cikahuripan yang harus diketahui semua warga.
- Simulasi sederhana agar peserta tidak hanya mengerti secara teori, tetapi juga bisa mempraktikkan langsung.
Materi ini dikemas dengan cara interaktif sehingga siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga aktif bertanya dan berpartisipasi.
Rencana Sosialisasi Berikutnya
Program ini tidak berhenti hanya di sekolah. DESTANA Desa Cikahuripan berencana memperluas sosialisasi kepada masyarakat luas. Hal ini penting, karena saat bencana terjadi, bukan hanya anak-anak di sekolah yang terdampak, tetapi seluruh warga desa. Dengan pengetahuan yang sama, masyarakat bisa saling membantu dan mengurangi risiko korban.
Sosialisasi kepada masyarakat nantinya akan mencakup:
- Edukasi jalur evakuasi keluarga.
- Simulasi gempa di lingkungan pemukiman.
- Pelatihan kader kebencanaan di setiap RT/RW.
- Pengenalan sistem peringatan dini sederhana yang bisa diterapkan di desa.
Dengan demikian, Desa Cikahuripan tidak hanya menjadi desa yang siaga tetapi juga benar-benar tangguh menghadapi bencana.